Pemisahan Dan PemurnianBAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan suatu ssenyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat penting dalam ilmu kimia, industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam banyak kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik material itu dari alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di laboratorium, Pemisahan atau pemurnian dengan metode tertentu perlu dilakukan. Demikian pula dalam pekerjaan di laboratorim maupun dalam proes industi banyak yang melibatkan pemisahan dan pemurnian. Misalnya pengolahan bijih dari pertambangan, pemisahan logam dari mineralnya, pengolahan minyak bumi, pengolahan air minum dan lain-lain. Sedangkan contoh sederhana pemisahan dan pemurnian yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pemisahan ampas kelapa dengan santannya yang dilakukan dengan metode penyaringan. Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan keterampilan, terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat kecil. Untuk tujuan itu, dalam ilmu kimia telah dikembangkan berbagai cara pemisahan dari pemisahan sederhana yang serig dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak sederhana. Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat, itulah yang mendasari pemisahan campuran atau dasar pemisahan. Dalam kenyataannya pemisahan dan pemurnian tidak dapat dipisah satu sama lain. Kita akan melihat bahwa ketika metode pemisahan dan pemurnian baru dikembangkan, ilmu kimia akan mendapatkan kemajuan yang besar. Percobaan pemisahan dan pemurnian ini dilakukan agar kita dapat mengetahui jeni-jenis pemisahan dan pemurnian pada campuran dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu percobaan ini perlu dilakukan. 1.2Tujuan - Mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain - Untuk mengetahui warna sirup setelah disaring dengan norit dan kertas saring - Untuk mengetahui ap yang terjadi setelah campuran air dan pasir dipisahkan - Untuk mengetahui apa yang terbentuk setelah campurn grm dan air dipisahkan dengan cara Kristalisasi. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Suatu campuran diklarifikasikan sebagai homogeny dan heterogen. Campuran heterogen terdiri atas fasa-fasa tersendiri. Dan sifat-sifat yang teramati merupakan gabungan daripada fasa-fasa tunggal. Sementara campuran homogen terdiri atas fasa tunggal yang sangat berbeda dari komponen-komponen tunggalnya. Larutan didefinisikan sebagai zat homogeny yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan gas dibuat dengan cara mencampurkan suatu gas dalam gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen dan ia merupakan larutan. Ada sistem yang tidak dapat dikategorikan homogen maupun heterogen, senyawa tersebut dikenal sebagai koloid. Antara suspense kasr dan larutan sesungguhnya terdapat daerah perubahan dari heterogen ke homogen. Koloid terdapat dlam daerah antar tersebut. Biasanya definisi koloid didasarkan pada ukurannya. Bila partikel memiliki ukuran antara 10-7 dan 10-4 ( 10 Ao – 10.000 Ao), maka disperse dapat disebut koloid, suspense, koloidal, atau larutan koloidal. Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah solut (zat yang dilarutkan) dan solven (zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka disebut solven dan untuk senyawa yang berada dalam jumlah kecil disebut solut. Meskipun demikian pernyataan ini dapat dibalik bila ia lebih tepat. Larutan cairan dapat dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan –padatan dalam satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya. (Sastrohamidjojo, 2005) Material dapat diklarifikasikan menjadi dua kelompok murni da campuran. Namun dalam kenyataannya hal ini bukanlah hal yang sederhana. Pertama, sebagian besar material disekitar kitaadalah campuran multi komponen. Udara adalah contoh yang paling baik. Komponen utama udara adalah nitrogen dan oksigen. Jadi udara adalah campuran, bukan material murni. Dalam beberapa kasus kita tidak dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik material itu yang berasal dari alam atau yang disintesis dilaboratorium. Pemisahan atau pemurnian dengan metode tertentu perlu dilakukan. Dalam proses pemurnian air, sejumlah karbon dioksida tertentu masih terlarut dalam air. Selain itu, sejumlah sangat kecil ion tenatrium mungkin berasal dari dinding alat destilasi. Diperlukan cara tertentu untuk menghilangkan ion ini. Dasar Pemisahan Campuran Zat atau materi dapat dipisahkan dari campurannya karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat. Itulah yang mendasari pemisahan campuran atau dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut: a) Perbedaan ukuran partikel Jika ukuran partikel suatu zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak diinginkan (zat pencampur), dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). Untuk keperluan ini kita harus mengunakan penyaring dengan ukuran yang sesuai. Partikel zat hasil akan melewati penyaringan dan disebut hasil penyaringan sedangkan zat pencampurnya akan terhalang dan disebut residu. b) Perbedaan titik didih Untuk memisahkan campuran zat yang memiliki perbedaan titik didih, kita dapat melakukannya dengan menggunakan metode destilasi. Zat yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan terlebih dahulu menguap. Jika yang kita inginkan adalah zat yang memiliki titik didih yang lebih tinggi, maka langkah selanjutnya kita mengembunkan uap dari zt tersebut (pendinginan) dan mengalirkannya kewadah tertentu. Jika yang kita inginkan adalah zat yang memiliki titik didih lebih rendah, maka kita cukup memanaskan campuran tersebut saja. Sampai suhu mencapai titik didih zat yang akan dicari. c) Perbedaan kelarutanu zat Suatu zat yang selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam pelarut A tapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjad dua, yaitu pelarut polar (pelarut yang memiliki kutub) dan pelarut nonpolar (pelarrut organic) seperti alkohol, methanol, eter dan kloroform.dengan prinsip perbedaan kelarutan, kita dapat memisahkan campuran dari pelarut tersebut. d) Perbedaan pengendapan Suatu zat memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam larutan yang berbeda. Zat yang memiliki berat jenis lebih besar daripada pelarutnya akan mudah mengendap. Bila dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda, maka pemisahan campuran tersebut dapat dilakukan dengan metode sedimentasi atau sentrifugsi (pemusingan). Jika dalam campuran terdapat lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi yang akan dikombinasikan dengan metode filtrasi. e) Difusi Dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi satu sama lain. Aliran ini dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besar tegangan nya maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil kearah tertentu untuk memperoleh zat yang murni. Metode pemisahan campuran dengan menggunakan bantuan listrik disebut elektrodialisis. Selain itu, kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat yang berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis, menggunakan suatu media yang disebut gel agarosa. f) Adsorpsi Adsorpsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorpsian. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme. Metode Pemisahan Standar Tidak ada cara unik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya. Satu-satunya cara adalah dengan menggunakan perbedaan sifat kimia dan fisika masing-masing komponen titik kritisnya dapat menggunakan perbedaan sifat yang sangat kecil. a) Filtrasi Biasanya filtrasi alami yang digunakan, misalnya sampel yang akan disaring dituang kecorong yang didasarnya ditaruh kertas saring. Fraksi cairan melewati kertas saring dan padatan tinggal diatas kertas saring. Bila sampel cairan terlalu kental, filtrasi dilakukan dengan penghisapan. Digunakan alat khusus untuk mempercepat filtrasi dengan menvakumkan penampung filtrat yang digunakan. Filtrasi dengan penghisapan tidk cocok bila cairannya adalah pelarut organic mudh menguap. Dalam kasus ini, tekanan perharus diberikan pada permukaan cairan atau larutan. b) Adsorpsi Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sedikit dengan filtrasi sebab partikel semacam ini akan cenderung menyumbat penyaringannya. Dalam kasus ini direkomendasikan penggunaan penyaringan yang secara selektif mengadsorpsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring apapun akan bisa digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan memiliki kisi yang kaku. Celit, keramik diatom, dn tanah liat teraktivasi sering digunakan. Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan dapat mengadsorpsi banyak senyawa organic dan sering digunakan untuk menyingkirkan zat yang berbau dari udara atau air. Silika gel dapat mengadsorpsi air dan digunakan meluas sebagai desikan. c) Rekristalisasi Metode ini cukup sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat dengan titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekt jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karna kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai januh. Saran untuk membantu rekristalisasi : Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan yang besar pada suhu. Kristal tidak harus dari larutan jenuh dengan pendinginan karena mungkin terbentuk super jenuh. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan pelarut polar lebih disarankan. Namun, pelarut nonpolar cenderung merupakan larutan yang buruk untuk senyawa polar. Kita harus hati-hati bila menggunakan pelarut polar. Pelarut dengan titik didih rendah umumnya lebih diinginkan. Namun, sekali lagi pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya nonpolar. (Tekeuchi, 2006) d) Destilasi Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan bila zat-zat penyusunnya mempunyai perbedaan titik didih yang cukup tinggi. Pada pemisahan campuran dari dua cairan yang menguap atau yang titik didihnya berdekatan lebih banyak persoalannya sehingga tidak dapat dilakukan dengan destilasi biasa. Suatu cara yang sering digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik disebut destilasi bertingkat, yaitu proses dimana komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan. Dalam proses ini campuran dididihkan pada kisaran suhu tertentu pada tekanan uap yang dilepaskan dari dalam cairan tidak murni yang berasal dari satu komponen tetapi masih mengandung campuran kedua komponen dengan komposisi yang biasanya berbeda dengan komposisi cairan yang mendidih. Bila sebagian cairan yang telah dididihkan uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi menjadi tilatdua bagian. Bagian pertama terdiri dari uap yang terembun disebut destilat, dan mengandung lebih banyak komponen yang nudah menguap disbanding cairan aslinya. Bagian kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen yang sukar menguap. Hal ini dapat diulangi lagi beberapa kali sampai akhirnya diperoleh salah satu komponen murni yang mudah menguap. Pada pemisahan campuran yang membentuk larutan non ideal dapat menunjukan prilaku yang lebih rumit. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan secara menyeluruh kedalam komponen-komponennya, karena bila dididihkan campuran akan mendidih dengan konstanta campuran semacam ini disebut azeotrop, yaitu campuran yang mendidih pada suhu konstan dangan komposisi yang konstan. e) Ekstraksi Ekstraksi mempunyai peranan yang penting dalam laboratorium dan teknik. Di dalam laboratorium ekstraksi pelarut digunakan untuk mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut organic yang tidak bercampur dengan fase air seperti : eter, kloroform, dan benzene. Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan suatu spesi yang dalam larutan air terlalu encer untuk dianalisa. Dalam industri, umumnya ekstraksi pelarut digunakan dalam analisis untuk memurnikan zat-zat dari pengotor yang tidak diinginkan dalam hasil. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibedakan menjadi : Ekstraksi padat-cair, zat yang diekstraksikan terdapat didalam campuran yang berbentuk padatan Ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksikan terdapat didalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut. Banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan cair. Menurut proses pelaksanaanya ekstraksi dibedakan menjadi : Ekstraksi kontinyu. dalam ekstraksi ini, pelarut yang sama digunakan secara berulang-berulang sampai proses ekstraksi selesai. Ekstraksi bertahap. Dalam ekstraksi ini selalu digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai. (Estein, 2005) BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Sendok Gelas kimia 100 ml Corong kaca Tabung reaksi Corong pisah Cawan penguap Batang pengaduk Hot plate Cobek 3.1.2 Bahan Garam dapur Kapur tulis pasir Naftalena Minyak goring Norit Sirup Kertas saring 3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Dekantasi Dimasukan 1 sendok pasir kedalam gelas kimia 100 ml Ditambahkan aquades 50 ml Diaduk dengan batang pengaduk Didiamkan dan diamati hasilnya Dibuang fase cairnya 3.2.2 Filtrasi Dimasukan 1 sendok kapur tulis kedalam gelas kimia Ditambahkan aquades 50 ml Diaduk dengan batang pengaduk Disiapkan corong kaca dan kertas saring Dituang campuran air dan kapur tulis Diamati hasilnya 3.2.3 Adsorpsi Dimasukan 1 sendok norit, diletakkan diatas kertas saring pada corong kaca Dituang sirup diatas norit pada kertas saring Diamati norit yang berada diatas kertas saring tertahan dan sirup yang dituang masuk melalui pori-pori kertas saring 3.2.4 Kristalisasi Dimasukan 1 sendok garam dapur kedalam gelas kimia Ditambah aquades 10 ml Diaduk hingga homogen Dipanaskan hingga pelarutnya menguap Diamati hasilnya 3.2.5 Ekstraksi Dimasukan 25 ml aquads kedalam corong pisah Ditambahkan 25 ml minyak goring Dikocok Didiamkan dan diamati hasilnya Dibuang fase cairannya 3.2.6 Sublimasi Dimasukan garam dan naftalena kedalam cawan penguap Ditutup dengan kertas saring yang telah dibolongi Diletakan corng kaca teralik yang telah disumbat lehernya Dipanaskan diatas hot plate Diamati hasilnya BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan NO. Perlakuan Pengamatan 1. Dekantasi - Dimasukan 1 sendok pasir kedalam gelas kimia - Ditambahkan aquades 50 ml - Diaduk diamkan dan diamati Dibuang fasa cairnya Warna aquades menjadi keruh setelah diaduk dan setelah didiamkan terdapat endapan pasir didalamnya 2. Filtrasi - Dimasukan 1 sendok kapur tulis kedalam gelas kimia - Ditambahkan aquades 50 ml Setelah disaring air yang sebelumnya keruh menjadi jernih kembali seperti semula 3. Adsorpsi - Diletakan 1 sendok norit diatas kertas saring pada corong kaca - Dituang sirup diatas norit - Diamati Setelah disaring warna sirup lebih muda 4. Kristalisasi - Sendok garam dapur di masukkan dalam gelas kimia. - Ditambah aquades 10 ml - Diaduk hingga homogeny - Dipanaskan hingga pelarut menguap Di amati Garam yang terlarut mengkristal kembali 5. Ekstraksi - Dimasukkan 15 ml dalam corong pisah - 25 ml minyak goring - Di kocok - Didiankan dan diamati - Dibuang fasa cairnya Terbentuk 2 fase polar air Non polar minyak goreng 6. Sublimasi - Dimasukkan garam dan naftalena dalam cawan penguap di tutup dengan kertas saring yang telah di bolongi. - Diletakakan corong kaca terbalik yang tersumbat lehernya - Dipanaskan di atas hotplate - Di amati Naftalena menguap dan uapnya menempel di corong kaca, garam tidak menguap. 4.2 Pembahasan Dekantasi didasrkan pada zat padat yang tidak larut dalam zat cair. Apabila dicampur lama-kelamaan zat padat akan mengendap karena perbedaan massa jenis dan gaya gravitasi. Contohnya adalah campuran pasir dengan air. Fitrasi didasarkan pada perbedaan ukuran partikel dengan ukuran pori-pori alat penyaring. Ukuran partikel yang lebih besar dari besarnya pori-pori kertas saring akan tertahan di alat penyaring. Contohnya penyaringan antara campuran kapur dan air. Adsorpsi terjadi ketika suatu zat terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis. Kristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan dari komponen campuran pada pelarut tertentu. Contohnya pemisahan garam. Sedangkan rekritalisasi adalah proses pemurnian yang merupakan pengulangan kembali dari proses kristalisasi. Ekstraksi terbagi menjadi dua yaitu ekstraksi zat padt dan ekstraksi zat cair. Ekstrak padatsi zat ini didasarkan pada keadaan bahwa salah satu komponen campuran tersebut dapat larut kedalam pelarut. Ekstraksi zat cair didasrkan oleh satu komponen cairan dari campuransebut dapat larut kedalam pelarut. Sublimasi didasarkan pada adanya partikel padatan dari berucampuran tersebut yang dapat berubah dari fase yang padat menjadi gas. Sublimasi dapat digunakan untk memisahkan komponen yang dapat menyublim dari campurannya yang tidak dapat menyublim. Contohnya pemisahan naftalena dari campuran garam. Dekantasi (pengendapan) adalah metode pemisahan cairan dari padatan yang tidak terlarut dengan cara menuang secara langsung. Filtrasi (penyaringan) ialah pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu zat terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap) yang akhirnya membentuk suatu lapisan tipis. Kristalisasi adalah pemisahan campuran dengan cara menguapkan larutannya. Ekstraksi adalah cara pemisahan suatu zat dari campuran dengan melarutkan zat itu pada pelarut yang sesuai. Sublimasi ialah pemisahan campuran pada zat yang dapat menyublim. Dalam percobaan pertama, campuran pasir dengan air dapat dipisahkan dengan cara dekantasi (pengendapan). Hasil dekantasi terlihat air keruh dan pasir yang mengendap. Hal ini membuktikan bahwa partikel pasir tidak dapat larut pada air dan partikel pasir mengendap terlebih dahulu. Karena ukuran partikel pasir lebih besar daripada massa jenis air. Dalam percobaan ini , pasir adalah suspensi kasar berupa koloid dan air merupakan dispersi koloid, sedangkan debu yang terkandung di dalam pasir merupakan koloid. Dua jenis campuran suspensi kasar dan disperse koloid bersifat heterogen sehingga dapat dipisahkan secara mekanis. Dalam percobaan kedua, campuran kapur dengan air dapat dipisahkan dengan cara filtrasi karena ukuran partikel kapur lebih besar daripada pori-pori kertas saring, maka kapur akan tertahan pada kertas saring sementara air dapat melewatinya. Dalam hal ini, kapur disebut residu sedangkan air disebut filtrate. Dalam percobaan ketiga, corong kaca yang telah dilapisi kertas saring, dan diletakan bubuk norit diatasnya, kemudian dituang sirup pada kertas sring tersebut. Sirup yang tadinya berwarna orange, setelah disaring berubah warna menjadi lebih muda. Dalam hal ini norit berkerja sebagai penyerap warna dari sirup. Dalam percobaan keempat, campuran garam dan air merupakan larutan yang bersifat homogeny dan tidak bisa dipisah secara mekanis seperti campuran pasir dengan air dan kapur dengan air. Campuran garam dengan air merupakan larutan sejati jenuh, sehingga pemisahan dilakukan dengan cara kristalisasi. Cara ini digunakan karena titik didih air lebih kecilsehingga pada saat dipanaskan air akan menguap. Hal ini digunakan untuk mengurangi kadar air sehingga larutan lewat jenuh kemudian didinginkan dan garam akan mengkristal. Dalam percobaan kelima, pemisahan air dan minyak dapat dilakukan dengan corong pisah. Air dan minyk dimasukan kedalam corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan, sehingga terlihat minyak berada diatas dan air berada dibawah. Hal ini dikarenakan massa jenis minyak lebih kecil daripada massa jenis air. Dalam percobaan ini air bersifat polar dan minyak bersifat nonpolar. Sehingga air dan minyak tidak dapat bercampur. Dalam percobaan keenam, pencampuran antara kapur barus dengan garam dapat dipisahkan dengan cara sublimasi. Kapur barus atau naftalena jika berbentuk cair dapat menguap dan jika dalam bentuk padat dapat menyublim. Dalam percobaan ini , garam dan naftelena dimasukkan kedalm cawan penguap yang ditutup dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil dan diatasnya diletakan corong kaca terbalik yang telah disumbat lehernya, kemudian dipanaskan. Pada saat dipanaskan muncul gas dan seperti bintik-bintik yang menempel pada sisi corong. Pada sublimasi ini, naftalena menyublim terlebih dahulu dan garam mengkristal. Hal ini dipengaruhi titik didih. Dalam percobaan ini garam dapur digunakan sebagi bahan untuk melakukan percobaan kristalisasi dan sublimasi. Garam dapur dipilih sebagai bahan untuk melakukan percobaan ini karena garam dapur dapat bercampur secara homogen dengan air. Minyak goreng digunakan sebagi bahan untuk melakukan percobaan ekstraksi. Karena minyak goreng bersifat nonpolar dan tidak dapat bercampur dengan air.naftalena digunakan sebai bahan dalam percobaan sublimasi. Naftalena merupakan zat padat yang dapat menyublim sehingga dipilih dalam percobaan ini. Norit digunakan sebagai bahan dalam percobaan adsorpsi karena dapat berlaku sebagai adsorben. Sendok dalam percobaan pemsahan dan pemurnian berfungsi untuk memindahkan bahan yang ingin digunakan kedalam gelas kimia. Gelas kimia dalam percobaan pemisahan dan pemurnian berfungsi untuk menampung zat kimia, memanaskan zat kimia, dan mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Corong gelas dalam percobaan ini berfungsi sebagai alat penyaring dan memindahkan larutan ketempat yang lebih kecil. Tabung reaksi dalam percobaan ini berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dan terbuat dari bahan porselen. Cawan penguap dalam perobaan ini berfungsi sebagai alat untuk menguapkan suatu zat atau bahan yang ada didalamnuya. Corong pisah dalam percobaan ini berfungsi sebagai sebuah alat yang digunakan untuk memisahkan cairan yang saling bercampur tapi tidak saling larut satu sama lain. Batang pengaduk dalam percobaan ini berfungsi sebagai alat pengaduk cairan dalam gelas kimia. Proses pemisahan dan pemurnian banyak sekali diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam pemurnian garam dapur. Air laut banyak mengandung mineral terutama NaCl. Petani dapur memishkan garam dapur dengan menjemur air laut pada sebuah bangunan yang datar dan lapang. Garam yang diperoleh kemudian diolah di industry untuk dicuci dan ditambah iodium. Saat memeras kelapa yang telah diparut, juga telah terjadi proses pemisahan dan pemurnian secar sederhana. Dengan menggunakan metode penyaringan, ampas kelapa akan tertahan pada alat saring dan santannya lolos dari alat saring. Dalam pengolahan air, air dibersihkan dari kekeruhan. Untuk mengendapkan kotoran dibubuhi tawas. Gumpalan yang terjadi pada proses koagulasi dipisahkan dengan penhyaringan menggunakan pasir, kerikil dan ijuk. Pemisahan dan pemurniaan juga dapat digunakan dalam proses penyingkiran zat yang berbau dari udara atau air. Untuk menghilangkan rasa anyir pada air yang mengandung zat besi atau mangan dapat menggunakan kapur. Dalam pengolahan minyak bumi, minyak mentah dipanaskan dalam suhu 370oc, kemudian uap yang dihasilkan dan diembunkan pada suhu yang sesuai, fraksi minyak bumi yang tidak terkondensasi terus naik kebagian atas sehingga keluar sebagai gas alam. Minyak goreng dan naftalena memiliki unsur sebagai berikut : Stuktur minyak goreng H2c – O – C – (Ch2 )7 – Ch = Ch – (Ch2)7 – Ch3 O H C – O – C – (CH2)7 – CH = CH – CCH2)7 – CH3 O H2C – O – C – (CH2)7 – CH = CH – (CH2)7 – CH3 Adsorpsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel pada permukaan dari bahan adsorpsi. Namun, jika penyerapan atau penarikan suatu zat oleh zat lain sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi. Campuran homogeny merupakan campuran yang tiap bagiannya mengandung jumlah zat terlarut sama besar atau campuran yang tidak dapat dibedakan zat pendispersi dan zat terdispersinya. Contohnya adalah, larutan gula, larutan garam, campuran CuSO4 dan air. Campuran heterogen merupakan campuran yang dapat dibedakan antar zat pendispersi dan zat terdispersi atau campuran tersebut mengandung zat terlarut dengan jumlah yang tidak sama. Contohnya adalah, air kopi, campuran air dengan pasir, dan campuran air dengan tepug beras. BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan - Untuk mendapatkan zat murni dari suatu yang telah tercemar di lakukan proses pemisahan dan pemurniaan. - Setelah disaring menggunakan kertas saring yang dilapisi norit, warna sirup berubah menjadi muda. - Setelah air dan pasir dipisah denagan menggunakan metode dekantasi terjadi endapan dan air menjadi keruh. - Campuran garam dan air yang dipisahkan dengan cara kristalisasi membuat terbentuknya Kristal garam. 5.2 Saran Sebaiknya pasir yang digunakan dalam proses dekantasi adalah pasir yang bersih, sehingga penghambatan tidak terganggu adanya zat lain selain pasir. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya Dalam dunia kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya sedikit didalam larutan disebut zat terkarut atau solut, sedangkan jumlahnya yang lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut atau solvasi. Contoh larutan yang umum sering di jumpai adalah padatan yang di lakukan dalam cairan. Seperti garam atau gula yang dilarutkan dalam air. Gas dapat pula dilakukan dalm cairan. Setelah itu, airan dapat pula larut dalam cairan lain,dan gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloy dan mieral tertentu. Dalam pembutan larutan, dapat diketahui reaksi reaksi apa saja yang terjadi jika zat terlarut dan zat pelarut saling bercampur membentuk larutan. Reaksi-reaksi yang muncul itu tidak hanya terjadi dalam labotarium namun juga bisa terjadi dialam kita. Sehingga percobaan ini juga sangat erat kaitannya dengan keterampilan dasar dalam bekerja di labotarium kimia. 1.2 Tujuan - Mempelajari cara membuat larutan NaCl dan HCL dengan konsentrasi tertentu. - Mengetahui reaksi eksotern dan endoteren BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Campuran campuran yang homogen disebut larutan yang memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumnya. Suatu larutan mengandung zat terlrut atau lebih dari suatu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat pada jumlah yang banyak. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut zat terlarut yang dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarutkan pada temperatur tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan lautan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu. Molekul pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada kesempatan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu zat telarut dan zat pelarut. a. Konsentrasi larutan Konsentrasi didefenisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik dan satuan kimia. Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik yaitu, persen berat (%.), persen berat volume berat (%,%), persen volume (%.), persen berat volume (%,), gram zat terlarut dalam satu liter larutan, milligram zat terlarut dalm satuan milliliter larutan, parts per million (ppm), part per billion (ppb). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia yaitu, kemolaran (M), kenormalan (n), keformalan (m), fraksi mol. Di bidang kedokteran dan ilmu-ilmu biologi biasanya digunakan satuan konsentrasi dalam persen berat volume (%,), persen milligram, equivalen (Eq), miliekivalen (m Eq) dan keosmolaran. - Persen berat (%, w/w) % - Persen volume (% ,) % - Perssen berat volume (% ) Persen ini biasanya digunakan larutan dalam air yang sangat encer dari zat padat % - Part per million dan part per billion (PPB) Komsentrasi inidigunakan jika larutan sangat encer 1 PPM = 1 PPB = - Fraksi mol (x) - Fraksi mol zat terlarut = - Fraksi mol pelarut = Kemolaran (F) F = - Kemolaran (M) Kemolaran tidak bergantung pada temperatur dan digunakan dalam bidang kimia fisika teristimewa dalam sifat koligatif M = Kemolalan (m) Kemolalan tidak bergantung pada temperatur dan digunakan dalam bidang kimia fisika teristimewa dalam sifat koligatif m = - Kenormalan (N) Cara menyatakan konsentasi dengan kenormalan biasanya digunakan dalam bidang analisis volumetri. Setelah memperoleh harga konsentrasi dalam kemolaran, masih harus menghitung konsentrasi lainnya. kenormalan = - Persen miligram (% mg) (%mg) = - Keosmolar Para ahli dibidang biologi dan kedokteran mengguanakan keosmolaran untuk menyatakan partikel yang aktif secara osmotik b. Pelarutan pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antar pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut samaa- sama polar, akan terbentuk suatu struktur suatu zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oloh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu tekanan dan kontaminasi secara umum kelarutan suatu zat sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walupun ada pengecualian. Kelarutan zat cair dalam zat lainnya secara umum kurang peka terhasap suhu, dari pada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu. c. Larutan ideal Bila reaksi antar molekul komponen komponen larutan sama besar dengan interaksi antar molekul komponen komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raolt, yaituh bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding lurus dengan fraksi mol pelaraut dalam larutan. Larutan yang benar - benar ideal tidak terdapat dalam, namun beberapa larutan memenuhui kukum Raolt sampai batas batas tertentu. Contoh larutan di yang dianggap ideal adalah campuran benzena dan toulena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlah tepat volume komponen – kompone penyusunnya. Pada larutan non ideal, penjumlahnya teapat volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan. (S.S achmadi, 2001) d. Larutan non ideal Larutan yang tidak memenuhi atau menyimpan dari hukum Raolt disebut larutan non ideal terjadinya penyimpangan (deviasi) di sebabkan perbedaan gaya tarik antara molekul sejenis dan molekul tidak sejenis dalam larutan. larutan non ideal di bedakn menjadi 2 yaitu: - Larutan non ideal deviasi positif Larutan ini terjadi di sebabkan gaya tarik antara molekul yang berbedah lebih kecil dari pada gaya tarik antara molekul yang sama. Dalam larutan molekul dari tiap zat terikat lebih lemah, sehingga lebih mudah menguap dari pada keadaan murninya. Hal ini membuat pembentukan larutannya menyerap panas (endoterm). - Larutan non ideal deviasi negatif Larutan ini terjadi bila gaya tertarik antara molekul yang berbeda lebih besar daripada gaya tarik antar molekul yang sama. Setiap zat dalam larutan terikat lebih kuat. Sehingga sulit menguap daripada keadaan murninya. Hasilnya tekanan uap dari larutanya lebih kecil dari huku Raolt dan terjadi deviasi negatif. Akibatnya proses pembentukan larutannya melepas panas (eksotern). ( dan terjadi deviasi negatif. Akibatnya proses pembentukan larutannya melepas panas (eksotern). (Yazid Ekstien,2005). Karena larutan adalah campuran molekul( atom atau ion dalam beberapa hal), biasanya molekul molekul pelarut agak berjahuan dalam larutan dibanding dalam larutan murni. Jadi pembentukan larutan dapat dibuat sebagai proses hipotesis sebagai berikut: Pertama jarak antara moleku molekul meningkat menjadi jarak rata – rata yang ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk melampaui gaya – gaya intermolekul kohesi. Tahap ini disertai dengan peningkatan enatalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua, pemisahan yang sama terhadap molekul – molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan terakhir adalah membiarkan molekul - molekul pelarut dan terlarut untuk bercampur. Gaya tarik intermolekul diantara molekul tidak sejenis menyebabkan pelepasan energi, enalpi menur dalam tahap ini. Larutan yang memgguanakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aquades. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika zat jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Larutan istilah yang biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat pul– molekul gas terpisah jauh, molekul – molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua campuran gas adalah larutan dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam, dan larutan ini di namakan larutan padatan subtitusional, yang ukuran atom pelarut dan terlarutya kira - kira sama. e. Sifat – sifat koligatif Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira – kira pada larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Kegunaan praktisi sifat – sifat koligatif banyak dan beragam. Penelitian sifat – sifat koligatif juga memaikan peranan penting dalam metode penempatan bobot molekul dan pengembangan teori larutann empat sifat koligatif antara lain: - Penurunan tekanan uap Pada tahun 1880 – an kimia prancis. F.M Raoult mendapati bahwa melarutan suatu zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan uap dari pelarut. Banyaknya penurunan tekanan uap (∆p) terbukti sama dengan hasil kali fraksi mol terlarut (Xb) dan tekanan uap pelarut murni (Pao ) yaitu ∆p=Xb. Pa - Peningkatan titk didih danpermukaan titik bekuh. Titik bekuh adalah suatu pada potongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva peleburan, sedangkan titik didih adalah suhu pada potongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Peenurunan titik beku dan peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan fraksi molnya.secara historis, penurunan titik bekuh telah digunakan untuk menetapkan bobot molekul. Namun ada keterbatasan metode ini yang harus dipahami. Ingat bahwa titik didih cairan tergantung pasa tekanan atmosfer. - Tekanan Osmotik Tekanan osmotik adalah tekanan yang dapat menghentikan aliran molekul dari pelarut murni kedalam larutan melalui selaput semi permabel. Tekanan osmotik termaksud dalam sisfat – siafat koligatif karena besarnya hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut par satuan volume larutan. Tekanan osmotik tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Tekanan osmotik merupakan metode sangat penting dalam penentuan bobot molekul, terutama untuk mengukur larutan yang sangat encer atau zat terlarut dengan bobot molekul sangat tinggi. (ralph. H . Petrucci, 187) BAB 3 MEDOLOGI PERCOBAAAN 3.1 Alat Dan Bahan 3.2.1 Alat – Alat - Neraca analitik - Labutakar 100ml - Gelas kimia 100 ml - Pipet ukur 10 ml - Pipet - Batang pengaduk - Corong kaca - Spatula 3.2.2 Bahan – bahan - HCL - NaCl - Aquades. - 3.2 Prosedur percobaan 3.2.1 Penimbangan. - Di timbang 10 gram NaCl. - Dilarukan dalam aquades dalam labu takar 100 ml. - Di homogenkan. 3.2.2 Pengenceran. - Diambil jumlah volume HCL seseuai kebutuhan (25 ml). - Di masukkan dalam labu takar sampai tanda tera 100 ml. - Di homogenkan. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengamatan No Perlakuan pengamatan - Ditimbang 10 gram NaCl - Dilarutkan dalam aquades dalam labu takar 100 ml - Dihomogenkan Warna bening, setelah di homogenkan warna teteap bening tetapi lautan terasa dingin - Diambil jumlah volum HCL 25 ml - Dimasukkan dalam labutakar - Ditambahkan aquades sampai volum tera 100 ml Warna bening setelah di homogenkan warna tetap bening dan terdapat gelembung – gelembung 4.2 Reaksi - Penimbangan Na Cl + H2O NaCl+ + Cl- - Pengenceran HCL + H2O H+ + CL- 4.3 Perhitungan 4.3.1 Penimbangan Dik: konsentrasi NaCl = 10% V larutan = 100 ml % = Gram zat terlarut = = 10 gram NaCl 4.3.2 Pengenceran Pembuatan …. Larutan HCL 1 molar dari larutan HCL 0,25 molar dalam labu takar 100 ml . Dik : M1= 1 molar M2= 0,25 molar V1 = 100 ml V2 = 100 ml M1 . V1 = M2 . V2 V1 = V1 = 25 ml 4.4 Pembahasan 4.4.1 Pembuatan larutan HCL Pada proses pembuatan larutan HCL dengan dengan menambahkan aquades ke dalam labutakar dan di homogenkan, sampai pada titik tera, maka terjadi reaksi ditandai dengan larutan menggelembungnya larutan terswbut dan setelah di homogenkan larutan tetap bening reaksi kimia terjadi. HCL(aq) H+ CL-(aq) 4.4.2 Penimbangan larutan NaCl Pada proses pembuatan NaCl, NaCl ditimbang menggunakan neraca analitik. Dan menambahkan aquades ke dalam labu takar, dan di homogenkan sampai pada titik tera, maka terjadi reaksi di tandai dengan warna tetap bening dan terdapat gelembung – gelembung, dan di tandai larutan menjadi dingin. Pembuatan larutan itu sendiri terjadi yang dimana eksoteren dan endoterm dan kedua reaksi itu memiliki pengertian yaitu: - Eksoterem Eksoterem proses terjadi reaksi yang terhadi pada sistem ke lingkungan atau proses reakasi pelepasan panas - Endoterm Endoterm adalah proses reaksi yang terjadi pada lingkungan ke sistem atau reaksi penyerapan panas. Campuran merupakan kumpulan berbagai macam larutan yang bergabumg dalam satu larutan dengan konsentrasi tertentu. Dan campuran tersebut terdiri dari larutan disperensi koloid, dab , suspensi. Maka ketiga campuran tersebut adalah: - Larutan Larutan yaitu campuran yang bersifat homogen, misalnya larutan gula, larutan cuka, dan larutan garam. - Disperensi koloid Disperensi koloid adalah campuran yang bersifat homogen dan heterogen misalnya kabut, susu, asap, dan lain – lain. - Suspensi Suspensi adalah campuran yang bersifat heterogen, misalya campuran air dan sabun, air teh, air kopi. 4.4.3 Macam macam konsensentrasi Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu: - Persen volume Persen volum menyatakan jumlah zat terlarut dalam 100 liter larutan misalnya, alkohol 76% berarti dalam 100 liter alkohol terdapat 76 liter lakohol murni. - Persen massa Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan contohnya sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram setiap terdapat gula. - Molaritas Molaritas merupakan atau menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. - Molalitaas Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut terkandung dalam satuan larutan molaritas (m) dan tidak dapat dihitung dengan molar (M) kesuali rapatan larutan tersebut diketahui. - Normalitas Normalitas suatu larutan adalah jumlah mol ekuvalen zat terlarut yang terkandung dalam 1 liter larutan. Batas ekuvalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenan dengan satu satuan tertentu. 4.4.4 Pecobaan Metode percobaan larutan yaitu diperlakuan tentang pemurniaan dan pengenceran untuk percoiti sendiri mudah untuk didefenisikan adalah dengan menambahkan komponen kedalam sempel dan percobaan untuk mengamati perubahan sebagai respon di dalam. Pada percobaan larutan NaCl suatu larutan yang biasa di kenal dengan garam ternyata dapat terlarut dengan aquades, dan larutan tersebut tanpak sama dengan larutan sebelumnya. Namun larutan NaCl pada percobaan tersebut tanpak gelembung – gelembung yang menunujukkan bahwa larutan aquades dan NaCl sudah bergabung atau bercampur. Pada percobaan pengenceran bahwa yang digunakan adalah HCL, akan tetapi HCL tersebut mempunyai sifat yang sama dengan larutan NaCl, yaitu larutan tersebut dapat bereaksi dengan aquades yaitu munculnya gelembung – gelenbung dan suhu pada larutan tersebut menjadi berubah. - Fungsi perlakuan dan fungsi reagen Pada fungsi perlakuan percobaan dalam percobaan yaitu HCL. Pada percobaan HCL untuk perlakuannya yaitu HCL mengalami perubahan suhu dan juga reaksi, yang dimana reaksinya tersebut munculnya gelembung – gelembung kecil pada larutan dan berubah suhu suatu larutan manejadi dingin. Dan NaCl pada percobaan larutan NaCl untuk perlakuannya yaitu mengalami perubahan shu dan reaksi dimana reaksi NaCl munculnya gelembung – gelembung kecil dan perubahah suhu yang biasa menjadi dingin. Hal tersebut merupak reaksi yang terjadi karena adanya dua campuran yang berbeda bergabung menjadi satu. - Fungsi reagen Fungsi reagen dalam percobaan yaitu perlakuan salam percobaan dimulai dari penimbangan untuk menentukan jumlah berat larutan yang diperlukan dalam suatu percobaan. HCL pada percobaan larutan yang menggunakan HCL yaitu larutan di lakukan suatu pengukuran dengan cara melakukan pengukuran itu dengan gelas kimia. Ternyata dalam pengukuran tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya dengan hanya memperkiraan. Tetapi dilakukan pengukuran denga neraca. Neraca analitik tersebut dapat mengukur berapa banyak larutan dipergunakan secara tepat. NaCl pada percobaan penimbangan NaCl pada percobaan tersebut penimbangan menggunakan neraca analitik, dan ternyata dalam pengukuran tersebut digunakan lagi almunium foild untuk memberi wadah pada suatu larutan, dan ditimbang lagi. dalam percobaan tersebut NaCl ,mengalami reaksi dengan Aquades yaitu munculnya gelembung – gelembung kecil dan perubahan suhu pada campuran. 4.5.4 Faktor kesalahan Dalam percobaan pembuatan larutan, faktor kesalahan dalam pembuatan larutan NaCl yaitu terjadinya kesalahan atau kurang telitian dalam pengukuran menggunakan neraca analitik. Tetapi pengukuran tersebut terdapat lagi kendala atau masala yaitu kurang persediaan botool untuk menyimpan larutan, dan kurang bersihnya keadaan botol saat dipergunakan untuk percobaan. Namun kesalahan tersebut terjadi karena kurangnya kedisiplinan dalam bekerja. Namun kesalahan terjadi juga pada percobaan pengenceran yaitu pembuatan larutan HCL yang telah dibuang dan larutan tersebut tidak disimpan dalam botol yang telah disediakan. Kendala tersebut akibat kurangnya ketelitian dalamperlakuan percobaan. Dan kurang perhatian dalam pengamatan yang dianjurkan dalam materi sistem. BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan - Pembuatan larutan dari bahan zat padat dan bahan zat cair, dapat dilakukan dengan secara langsung dengan perlakuan yang secara langsung dengan pelarutnya yang sesuai. - Reaksi eksoterm terjadi dalam paembuatan larutan HCL reaksi endoterm terjadi dalam pembuatan larutan NaCl. - Larutan HCL dan NaCL dapat dibuat dengan cara melarutkan denga cara melarutkan secara langsung dengan pelarutnya yang sesuai. 5.2 Saran Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan senyawa yang lebih, tidak hanya dengan menggunakan HCL dan NaCl. Agar hasilnya yang bisa diamati lebih beragam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak digunakan dibandingkan metode lain seperti destilisasi, Kristalisasi, pengendapan, ekstraksi dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang telah lebih sederhana. Penggunaan waktu yang singkat terutama, mempunyai kepekaan yang tinggi. Serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat digunakan jika dengan metode lain tidak dapat digunakan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya kompleks. Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh molekul Tewett (1903), Serang ahli Botani, Rusia. Ia menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen lain dari ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani yaitu (Choromos = penulisan) dan (Graver = Warna). Kromatografi berarti tulisan dengan warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi. Namun istilah kromatografi yang sebenarnya sudah tidak tepat lagi. Karena dengan kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa-senyawa yang tidak berwarna seperti gas. Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem di mana komponen-komponen cuplikan dikatakan secara selektif oleh fase diam. Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan pemukiman yang didasarkan atas perbedaan distribusi dan komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase yaitu fase diam dan fase bergerak. Untuk mengetahui penerapannya dari praktikum kromatografi yang penerapannya sangat banyak di temukan dalam kehidupan sehari-hari. 1.2 Tujuan - Untuk mengetahui sifat sampel ketika/saat diuji dengan pelarut. - Mengamati sampel yang saat diuji dengan alkohol. - Mengamati sampel yang diuji dengan air. - Mengamati sampel yang diuji dengan N-Heksana BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan dalam kromatografi. Fase gerak dapat berupa gas atau cair. Dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair. Maka berdasarkan fase bergerak, fase diam terdapat empat macam sistem kromatografi. Yaitu, kromatografi gas cair, kromatografi gas padat, kromatografi cair - padat, dan kromatografi cair-cair. Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (Partikel Chromotography) dan kromatografi serapan (Adsorbtion Chromotography). Sedangkan menurut teknis kerja yang digunakan, misalnya kromatografi kolam, kromatografi lapis – tipis (KLT), dan kromatografi kertas juga kromatografi gas. Selain itu ada juga yang digabung, misalnya partisi kromatografi partisi gas – cair, kromatografi cair – cair, kromatografi cair – padat, dan lain-lain. Juga dikenal kromatografi penukar ion dan kromatografi altrasi gel yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam kromatografi hubungan suatu molekul komponen sampel yang tertahan (terabsorpsi) atau terdistribusi di antara fase diam dan fase gerak dapat dilakukan dengan berbagai istilah. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam kromatografi dinyatakan sebagai berikut : a. Kesetimbangan Distribusi. Kesetimbangan yang terjadi pada kromatografi bersifat dinamis. Molekul sampel atau zat terlarut berada bolak-balik di antaranya fase diam dan fase bergerak sehingga konsumsi rata-ratanya mengikuti hukum distribusi. Keterangan : Kd = Koefesiensi Distribusi atau partisi Cs = Konsentrasi zat terlarut dalam persediaan Cm = Konsentrasi zat dalam fase bergerak Persamaan di atas memperlihatkan bahwa jika harga koefesiensi distribusi (Kd) besar berarti jumlah molekul yang berada dalam fase diam lebih banyak dalam fase bergerak dan akan tinggal lebih lama dalam fase diam. b. Faktor Retardasi Faktor Retardasi (Rf), merupakan parameter kromatografi kromotogon kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatografi dan pada kondisi tetap merupakan peranan karakteristik dan produksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut. (Fase bergerak). Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang zat terlarut. c. Fraksi Waktu Fraksi waktu (R) tunggal dalam molekul dalam fase bergerak dinyatakan sebagai perbandingan molekul dalam fase bergerak terhadap jumlah metal molekul. = Merah lembayung Indikator PP + Mg(OH)2 4.3 Pembahasan Unsur alkali adalah unsur-unsur golongan I A dalam tabel periodik unsur, yaitu Li (lithium), Na (Natrium), K (Kalium), Rb (Rubidium), Cs (sesium) dan Fr (Fransium). Fransium merupakan unsur radioaktif. Disebut logam alkali karena oksidanya larut dalam air dan menghasilkan larutan yang bersifat sangat basa (alkalis). Unsur alkali tanah adalah unsur-unsur golongan II A dalam tabel periodik unsur yaitu Be (Berilium), Mg (Magnesium), Ca (Kalsium), Sr (Strontium), Ba (Barium), dan Ra (Radium). Radium merupakan unsur radioaktif. Disebut alkali tanah sebab oksidanya bersifat basa. Beberapa sifat fisik unsur-unsur logam alkali sebagai berikut : - Jari-jari atom unsur alkali dalam tabel periodik bertambah dari atas ke bawah. Begitu juga dengan jari-jari ion positifnya. Ion positif terbentuk apabila atom netral melepas elektron, sehingga jari-jari ion positif lebih kecil daripada jari-jari atom. - Merupakan logam lunak karena titik didih dan titik leleh rendah. Titik didih dan titik leleh logam alkali dalam tabel periodik dari atas ke bawah semakin kecil. - Logam alkali merupakan logam ringan karena masa jenis logam alkali kecil. - Logam alkali adalah logam yang sangat lunak dan dapat diiris dengan pisau. - Selain sifat fisik logam alkali juga memiliki sifat kimia antara lain : - Atom logam alkali mudah membentuk ion positif karena logam alkali mempunyai 1 elektron valensi (ns1) - Daya oksidasi logam alkali sangat besar. Hal ini disebabkan jari-jari atom logam alkali sangat besar sehingga sangat mudah melepaskan elektron dari atas ke bawah tabel periodik unsur daya oksidasinya makin bertambah. - Logam alkali merupakan reduktor (pereduksi) yang sangat kuat. Unsur-unsur logam alkali sangat mudah melepaskan elektron. - Energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan - Spektra emisi dengan warna nyala yang khas. Beberapa sifat fisik unsur-unsur logam alkali tanah adalah sebagai berikut : - Jari-jari atom unsur alkali tanah dalam periodik bertambah dari atas ke bawah. Demikian juga ion positifnya. Ion terbentuk apabila atom netral melepas elektron. - Titik cair dan kekerasan melebihi logam alkali Selain memiliki sifat fisik logam alkali tanah juga memiliki sifat-sifat kimia antara lain : - Logam alkali tanah mudah membentuk ion positif karena logam alkali tanah mempunyai 2 elektron valensi (ns2) - Kereaktifan logam alkali tanah besar. Hal ini disebabkan jari-jari atom logam alkali tanah besar, sehingga mudah melepas elektron. Dari atas ke bawah sifat kereaktifannya semakin bertambah. - Logam alkali tanah merupakan reduktor (pereduksi kuat) - Energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan cukup besar - Garam logam alkali tanah menghasilkan nyala dengan warna tertentu. Perbedaan Alkali dan Alkali Tanah ALKALI ALKALI TANAH - Logam yang kuat, lunak, dan mengkilap - Jari-jari atom besar - Energi ionisasi rendah - Afinitas elektron rendah - Keelektronegatifan rendah - Sangat reaktif - Titik leleh rendah - Titik didih rendah - Densitas rendah - Sifat basa lebih kuat daripada logam alkali tanah - Logam yang lebih kuat dan lebih padat - Jari-jari atom lebih kecil dibandingkan logam alkali seperiode - Energi ionisasi lebih besar daripada logam alkali seperiode - Afinitas elektron lebih besar daripada logam alkali seperiode - Keelektronegatifan lebih besar daripada logam alkali seperiode - Kurang reaktif dibanding logam alkali seperiode - Titik leleh melebihi logam alkali - Titik didih melebihi logam alkali - Densitas melebihi logam alkali - Bersifat basa Secara umum sifat-sifat unsur dalam sistem periodik unsur : Kereaktifan adalah kemampuan suatu unsur untuk bereaksi. Kereaktifan golongan I A (logam alkali) dari atas ke bawah dalam tabel periodik unsur semakin besar / bertambah. Karena pada logam semakin besar jari-jari maka akan semakin reaktif hal itu disebabkan semakin besar jari-jari logam, maka elektron terluar semakin mudah untuk dilepaskan, sehingga semakin reaktif. Jadi, Fr lebih reaktif dari Cs, Cs lebih reaktif dari Rb, Rb lebih reaktif dari Na, Na lebih rektif dari Li dan Li lebih reaktif dari H. Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan garam sulfat pada golongan II A, yang pertama dilakukan adalah menambahkan H2SO4 1 M pada BaCl 0,1 M dan CaCl 0,1. Pada BaCl2 yang telah ditambahkan H2SO4, campuran itu menjadi keruh dan banyak terdapat endapan putih. Sedangkan pada CaCl2 yang telah ditambahkan H2SO4 campurannya tetap berwarna putih jernih dan tidak terdapat endapan. Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa kelarutan garam sulfat dari golongan II A adalah kelarutannya akan tambah / meningkat dari bawah ke atas. Pada percobaan kedua ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan garam hidroksida pada golongan II A, yang pertama dilakukan adalah menambahkan NaOH 1 M pada BaCl2 0,1 M dan CaCl 0,1 M. Pada larutan BaCl2 yang telah ditambahkan NaOH, larutan menjadi keruh namun terbentuk endapan tidak terlalu banyak. Sedangkan pada larutan CaCl2 yang ditambah NaOH larutan menjadi keruh dan terdapat banyak endapan. Sehingga dari percobaan ini dapat diketahui bahwa kelarutan garam hidroksida pada golongan II A adalah kelarutannya bertambah dari atas ke bawah. Pada percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui kereaktifan logam Mg dan K. Logam Mg dimasukkan ke dalam air yang telah dipanaskan. Dibutuhkan waktu yang cukup lama hingga semua Mg larutan dalam air. Pada saat terjadi reaksi terdapat gelembung-gelembung H2. Ketika dimasukkan indikator pp ke dalam larutan tersebut, larutan tersebut berwarna merah lembayung. Hal ini menandakan bahwa larutan itu mengandung / bersifat basa. Percobaan berikutnya digunakan logam K. Logam K dimasukkan ke dalam air. Reaksinya begitu cepat. Pada saat reaksi terdapat percikan api. Percikan api itu berasal dari gas H2 yang terbentuk langsung terbakar karena reaksi sangat eksoterm. Setelah ditambahkan indikator pp ke dalam larutan, larutan berubah warna menjadi merah lembayung. Hal ini menandakan bahwa larutan ini bersifat basa. Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa golongan I A lebih reaktif daripada golongan II A. Terdapat beberapa faktor kesalahan yang menyebabkan hasil yang dapat kurang maksimal. Seperti memasukkan indikator pp larutan Mg yang belum terlarut sempurna dengan air atau Mg dimasukkan ke dalam air yang belum panas kemudian diberikan indikator pp hal tersebut menyebabkan larutan tidak berubah warna menjadi merah lembayung dan tidak bisa diidentifikasi apakah larutan itu bersifat basa. Semua perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini mempunyai fungsi masing-masing. Aquades yang digunakan untuk melarutkan Mg dipanaskan terlebih dahulu adalah untuk meningkatkan kereaktifan Mg karena Mg kurang reaktif jika dibandingkan dengan K. Tetapi aquades yang digunakan untuk melarutkan K tidak perlu dipanaskan karena K sangat reaktif dan bereaksi hebat dengan H2O sehingga apabila aquades dipanaskan terlebih dahulu akan menimbulkan ledakan. BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa : - CaCl2 memiliki kelarutan garam sulfat yang lebih besar dibanding kelarutan garam sulfat BaCl2, karena saat H2SO4 ditambahkan pada BaCl2 menghasilkan endapan sedangkan pada CaCl2 tidak menghasilkan endapan. - Ca memiliki kelarutan hidrooksida yang kecil. Sedangkan Ba memiliki kelarutan hidrooksida yang besar maka tidak mudah mengendap. - Golongan I A memiliki kereaktifan yang sangat besar karena elektron valensi yang dimiliki golongan I A hanya berjumlah 1. - Golongan II A memiliki kereaktifan yang rendah karena elektron valensi yang dimiliki golongan II A hanya berjumlah 2. 5.2 Saran Sebaiknya dalam percobaan ini digunakan juga logam dari golongan I A dan II A yang lain agar hasil yang didapat lebih beragam. |